Kamis, 01 Desember 2016

Jatuh Misk1n dan Melar4t, Nasib 4 Artis Ini Memprihatin Kan... page 5


Ketenaran yang pernah diraihnya sendiri memiliki cerita panjang, berawal dari keikutsertaannya pada panggung pelajar RRI Yogyakarta pada awal tahun 60an akhirnya salah seorang rekannya mengajalnya ke Jakarta pada tahun 1962.

Pria yang memulai karirnya sebagai pemain ketoprak, memulai karirnya di Jakarta sebagai figuran di beberapa film, yang dia sendiri sudah lupa judulnya.

Sebelum akhirnya menjadi bintang utama pada beberapa film yang melambungkan namanya sebagai salah satu legenda lawak Indonesia, bersama teman-teman seangkatannya seperti Benyamin, Ateng, Bagio dan lainnya.

"Sama Benyamin itu yang paling dekat soalnya bareng dari nol, naik becak naik angkot kemana-mana bareng," ujarnya, nampak matanya berkaca-kaca saat menceritakan sahabatnya yang sudah meninggal tersebut.

Waktu yang terus berjalan membuat namanya mulai jarang terdengar apalagi dengan munculnya banyak artis dan pelawak baru.

Walaupun masih sering melawak namun kemunculannya di televisi sudah tidak sebanyak di masa jayanya di tahun 80an. Terakhir dia masih sempat diajak komedian Mandra untuk sebuah film komedi 'Jenggo' sebanyak 23 episode pada 2011 yang belakangan tersangkut kasus korupsi tender TVRI.

"Sudah 23 episode (selesai) malah kena kasus itu," ujarnya.

Dia berharap kasus yang mendera koleganya tersebut dapat segera selesai.

Seusai menyelesaikan proyek terakhirnya itulah, dia didampingi sang istri dan putri bungsunya akhirnya memutuskan kembali ke Yogyakarta dan menetap di rumahnya yang sekarang.




Bermodal uang hasil bekerjanya selama ini, dia mampu membangun sebuah rumah yang ditempatinya serta membeli sebidang kebun salak.

"Saya sudah merasa disini cocok saja," ujarnya.

Di rumahnya itulah dia membangun kehidupan barunya, sempat membuka usaha rental Play Station, namun gulung tikar seusai menjadi korban pencurian.

Ssaat ini kesibukannya hanyalah menikmati hari tua dengan menjaga usaha fotokopi dan menunggu panen salak untuk menghidupinya, dan anak bungsunya yang saat ini masih menjalani kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta.

Anak keempatnya itu pula yang sudah terlihat memiliki bakat untuk meneruskan bakatnya sebagai seorang pelawak.

"Sudah ikut-ikut, ngomong mau jadi pelawak kaya bapaknya. Dia juga di kampusnya rutin ikut ikut kegiatan tampil," ceritanya.

Dia pun tidak melarang, bahkan dirinya mendukung kalau memang ada anaknya yang mau meneruskan bakat ayahnya. Yang penting dia selalu menasehati bahwa menjadi pelawak itu tidak mudah seperti kelihatannya.

"Harus diasah terus bakat saja tidak cukup, harus diasah terus ditambah kemampuan dan jam terbang yang cukup," pesannya.

Apalagi dunia entertainment adalah dunia yang dinamis dimana perubahan selalu terjadi untuk mengikuti kemauan masyarakat.

Walaupun sudah meninggalkan gemerlapnya dunia ibukota namun kecintaan pada dunia komedi peran tetap tidak luntur.

"Kalau ada yang nawari dan skenarionya pas dengan saya yang sudah tua ini, misalnya tidak begitu banyak gerak tentu saja saya masih mau," tutupnya.

Kehidupan manusia memang sangat sulit ditebak, ibarat roda berputar, tak seorang pun selamanya akan berada di atas terutama ketika telah menginjak usia yang sudah tidak muda lagi. Karya dan prestasi yang sempat ditorehkan akan terus menjadi legenda serta dikenang oleh para penikmat panggung hiburan




0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda